[Praktikum beton pekan ke -2 dan pekan ke-3] Kelompok 1 - Rizki Jatmika Zamzam Rifai - 15516007

PRAKTIKUM PEKAN KEDUA

Perencanaan Campuran Beton

Kamis, 28 september 2017, kami kelas BBL01 dengan dosen Pak Eddy Rachman melakukan praktikum kedua setelah minggu sebelumnya kami melakukan uji agregat. Pada praktikum kali ini kami melakukan perencanaan perhitungan campuran beton. Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 13.00 – 15.00 WIB. berikut merupakan gambaran mengenai praktikum yang kita jalani pada hari itu.

 Beton yang akan dibuat pada praktikum ini adalah beton dengan jenis kontruksi dinding dan balok tipe K-175 dengan pengerjaan tanpa penambahan udara dalam kondisi laboraturium yang kurang baik. Berikut kegiatan- kegiatan yang dilakukan selama  pengerjaan praktikum :

Prosedur Perencanaan Campuran Beton

   Tahap 1: Pemilihan Angka Slump


Jika nilai slump tidak ditentukan dalam spesifikasi, maka nilai slump dapat dipilih dari tabel 4.1. untuk berbagai jenis pengerjaan konstruksi.

   Tahap 2: Pemilihan ukuran maksimum agregat kasar

Untuk volume agregat yang sama, penggunaan agregat dengan gradasi yang baik dan dengan ukuran maksimum yang besar akan menghasilkan rongga yang lebih sedikit daripada penggunaan agregat dengan ukuran maksimum agregat yang lebih kecil. Hal ini akan menyebabkan penurunan kebutuhan mortar dalam setiap volume satuan beton.

Dasar pemilihan ukuran maksimum agregat biasanya dikaitkan dengan dimensi struktur. Sebagai contoh, ukuran maksimum agregat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


Dimana,
D      = ukuran maksimum agregat
d       = lebar terkecil di antara 2 tepi bekisting
h       = tebal pelat lantai
s        = jarak bersih antara tulangan
c       = tebal bersih selimut beton

   Tahap 3: Estimasi kebutuhan air pencampur dan kandungan udara

Jumlah air pencampur persatuan volume beton yang dibutuhkan untuk menghasilkan nilai slump tertentu sangat bergantung pada ukuran maksimum agregat, bentuk, serta gradasi agregat dan juga pada jumlah kebutuhan kandungan udara pada campuran.
Jumlah air yang dibutuhkan tersebut tidak banyak berpengaruh oleh jumlah kandungan semen dalam campuran. Tabel berikut memperlihatkan informasi mengenai kebutuhan air pencampur untuk berbagai nilai slump dan ukuran maksimum agregat.


   Tahap 4: Pemilihan nilai perbandingan air semen

Untuk rasio air semen yang sama, kuat tekan beton dipengaruhi oleh jenis agregat dan semen yang digunakan. Oleh karena itu, hubungan rasio air semen dan kekuatan beton yang dihasilkan seharusnya dikembangkan berdasarkan material yang sebenarnya yang digunakan dalam pencampuran. Terlepas dari hal di atas, tabel berikut bisa dijadikan pegangan dalam pemilihan nilai perbandingan air semen.


Nilai kuat tekan beton yang digunakan pada tabel diatas adalah nilai kuat tekan beton rata-rata yang dibutuhkan, yaitu:
fm = fc’ + 1,64 Sd
dimana,
fm     : nilai kuat tekan beton rata-rata
fc      : nilai kuat tekan karakteristik (yang disyaratkan)
Sd     : standar deviasi (dapat diambil berdasarkan tabel di bawah ini)

Harga rasio air semen tersebut biasanya dibatasi oleh harga maksimum yang diperbolehkan untuk kondisi exposure (lingkungan) tertentu. Sebagai contoh, untuk struktur yang berada di lingkungan laut harga rasio air semen biasanya dibatasi maksimum 0,40 – 0,45.

   Tahap 5: Perhitungan kandungan semen

Berat semen yang dibutuhkan adalah sama dengan jumlah berat air pencampur (tahap 3) dibagi dengan rasio air semen (tahap 4).

   Tahap 6: Estimasi kandungan agregat kasar

Rancangan campuran beton yang ekonomis bisa didapat dengan menggunakan semaksimal mungkin volume agregat kasar atas dasar berat isi kering (dry rodded unit weight) per satuan volume beton. Data eksperimen menunjukkan bahwa semakin halus pasir dan semakin besar ukuran maksimum partikel agregat kasar, semakin banyak volume agregat kasar yang dapat dicampurkan untuk menghasilkan campuran beton dengan kelecakan yang baik.
Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa pada derajat kelecakan tertentu (slump = 75 – 100 mm), volume agregat kasar yang dibutuhkan per satuan volume beton adalah fungsi daripada ukuran maksimum agregat kasar dan modulus kehalusan agregat halus.
Berdasarkan tabel 4.5, volume agregat kasar (dalam satuan m3) per 1 m3 beton adalah sama dengan fraksi volume yang di dapat dari tabel 4.4. Volume ini kemudian dikonversikan menjadi berat kering agregat kasar dengan mengalikannya dengan berat isi kering dari agregat yang dimaksud (dry rodded unit weight).
Untuk campuran dengan nilai slump selain 75 – 100 mm, volume agregat kasar dapat diperoleh dengan mengoreksi nilai yang ada pada tabel 4.5 dengan angka koreksi yang ada pada tabel 4.6.

       


   Tahap 7: Estimasi kandungan agregat halus

Setelah menyelesaikan tahap 6, semua bahan pembentuk beton yang dibutuhkan telah diestimasi kecuali agregat halus. Jumlah pasir yang dibutuhkan dapat dihitung dengan dua cara, yaitu:
1  Cara perhitungan berat (weight method)
2  Cara perhitungan volume absolut (absolut volume method)

Volume agg. halus = 1- vol. udara – vol. air – vol. agg. kasar – vol. semen
Massa aggregat halus = volume agregat halus x specific gravity kondisi SSD 

·      Tahap 8: Koreksi kandungan air pada agregat

Pada umumnya, stok agregat di lapangan berada dalam kondisi basah (kondisi lapangan) tetapi tidak dalam kondisi jenuh dan kering permukaan (SSD).
Tanpa adanya koreksi kadar air, harga rasio air semen yang diperoleh bisa jadi lebih besar atau bahkan lebih kecil dari harga yang telah ditentukan berdasarkan tahap 4 dan berat SSD agregat (kondisi jenuh dan kering permukaan) menjadi lebih kecil atau lebih besar dari harga estimasi pada tahap 6 dan 7.
Urutan rancangan beton dari tahap 1 sampai tahap 7 dilakukan berdasarkan kondisi agregat yang SSD. Oleh karena itu, untuk trial mix air pencampur yang dibutuhkan dalam campuran bisa diperbesar atau diperkecil tergantung dengan kandungan air bebas pada agregat. Sebaliknya, untuk mengimbangi perubahan air tersebut, jumlah agregat harus diperkecil atau diperbesar.

·      Tahap 9: Trial Mix

Karena banyaknya asumsi yang digunakan dalam mendapatkan proporsi campuran beton di atas, maka perlu dilakukan trial mix skala kecil di laboratorium. Hal – hal yang perlu diuji dalam trial mix ini:
Nilai Slump
Kelecakan (workability)
Kandungan udara
Kekuatan pada umur – umur tertentu

   Data Perhitungan Perencanaan Campuran Beton

Setelah selesai melakukan prosedur pengerjaan perencaan campuran beton diatas, diperoleh data-data masing-masing material campuran beton berikut ini :
Komposisi asli yang digunakan di lapangan dalam pencampuran mix design :

Penetapan Variabel Perencanaan
1
kategori jenis struktur
k-175
2
slump rencana
7.5 - 10 cm
3
rencana kuat tekan beton
21.3 mpa
4
modulus kehalusan agregat halus [pasir]
4.48
5
ukuran maksimum agregat kasar
2 cm
6
Berat Jenis Agregat Halus [pasir]
2.463
7
Berat Jenis Agregat kasar [pasir]
2.539
8
Berat volume/isi agregat kasar
1.767
Perhitungan Komposisi Unsur Beton
9
Rencana Air Adukan Beton : W
200 kg
10
Presentase Udara Tertangkap
2%
11
perbandingan W/C
0.698
12
perbandingan W/C Maksimum
0.698
13
Berat Semen Yang Diperlukan : [9]/[11]
286.53 kg
14
Volume agregat kasar perlu bagi 1m^3 beton
45.20%
15
Berat Agregat Kasar [kerikil] perlu : [14]x[8]
798.68 kg/m^3 beton
16
volume semen : 0.001 x [13]/3.15
0.091 m^3
17
volume air : 0.001 x [9]
0.2 m^3
18
volume agregat kasar [kerikil] : 0.001 x [15]/[6]
0.324 m^3
19
volume udara [10]
0.02 m^3
20
Volume agregat halus/m^3 -[(16)+(17)+(18)+(19)]m^3
0.362 m^3
komposisi berat unsur Adukkan/m^3 Beton
21
semen : [13]
286.93 kg
22
air : [9]
200 kg
23
Agregat Kasar Kondisi SSD
798.68 kg
24
Agregat Kasar Kondisi SSD : [20] x [7] x 1000
919.2 kg
25
Faktor Semen [ 1 zak = 50 kg ] : 21/50
5.73062 beton
Komposisi Jumlah Air dan Berat Unsur untuk Perencanaan Lapangan
26
Kadar Air Agregat Kasar [Kerikil] : mk
5.21%
27
Absoprsi Agregat Kasar [Kerikil] kondisi SSD : ak
5.38%
28
Kadar Air Agregat Halus [pasir] : mh
4.88%
29
Absoprsi Agregat Halus [Kerikil] kondisi SSD : ah
9.97%
30
Tambahan air adukan dari agregat kasar : [23] x ([ak-mk])/([1+mk])
19.157 kg
31
Tambahan agregat kasar untuk kondisi lapangan : [30]/1000x[6]x[1000]
2.804 kg
32
Tambahan air adukan dari agregat halus : [24] x ([ah-mh])/([1+mh])
43.8 kg
33
Tambahan agregat halus untuk kondisi lapangan : [32]/1000x[7]x[1000]
111.21 kg
Komposisi Campuran Beton Kondisi Lapangan/[m^3]
34
semen : [13]
286.53 kg
35
Air : [22]+[30]+[32]
244.989 kg
36
Agregat kasar Kondisi Lapangan : [23]+[31]
801.48 kg
37
Agregat Halus Kondisi Lapangan : [24]x[33]
1030.33 kg
Komposisi Unsur Campuran Beton/Kapasitas Mesin Mesin Molen : 0.03 m^3
38
semen
10.478 kg
39
air
8.957 kg
40
Agregat Kasar Kondisi Lapangan
29.31 kg
41
agregat Halus Kondisi Lapangan
37.67 g

PRAKTIKUM PEKAN KETIGA

Diminggu selanjutnya yakni tanggal 5 Oktober 2017 kami mulai membuat beton dengan dibantu oleh penjaga Laboratorium, berikut merupakan prosedur pembuatan beton pada hari ketiga.

Prosedur Pembuatan Beton :
   Siapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan beton.
 Ukur berat dari masing-masing bahan yang telah disiapkan sesuai dengan
   perhitungan yang sudah dilakukan.
   Masukan bahan-bahan tersebut kedalam mesin pengaduk. Urutannya adalah
   agregat kasar, agregat halus, semen dan air.
   Oleskan oli pada menyuluruh dinding cetakan atau bekisting sebelum campuran
    beton segar akan dimasukan ke cetakan tersebut.
   Jika beton segar sesuai dengan standar kemudian masukan beton kedalam
  cetakan atau bekisting dan dalam waktu mengisi cetakan lakukan pemadatan
   menggunakan vibrator.
   Setelah selesai melakukan bekisting lalu kita beri nama beton tersebut ,
   diamkan beton selama 1 hari dan kemudian lepaskan dari cetakan dan lakukan
   curing beton









Itulah kegiatan praktikum kami hari kedua dan pekan ketiga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serangan Klorida Pada Beton

CABLE STAYED DAN KONSTRUKSI TAHAN GEMPA JEMBATAN PASUPATI