[Praktikum beton pekan ke -1] Kelompok 1 – Praktikum 2 sampai 7 - Rizki Jatmika Zamzam Rifai.
Pada tanggal 21 September 2017, kami kelas BBL01 dengan dosen Pak Eddy Rachman melakukan praktikum pertama setelah minggu sebelumnya kami melakukan perkenalan praktikum. Ada 6 praktikum yang kami lakukan mulai dari praktikum 2 sampai praktikum 7. Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 13.00 – 15.00 WIB. walaupun waktunya terlihat sangat singkat untuk menjalankan ke-enam modul tersebut namun ternyata waktu sebanyak itu dirasa sangat cukup karena memang pada praktiknya kita sangat dibantu oleh ahlinya dan asisten praktikum sehingga kita paham apa yang harus dikerjakan. berikut merupakan gambaran mengenai praktikum yang kita jalani pada hari itu.
PRAKTIKUM 3 ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN AGREGAT KASAR
Tujuan : Menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat halus dan agregat kasar dengan uji saringan. Data perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat kasar.
Bahan yang digunakan dalam praktikum 3 adalah agregat kering. Praktikum dimulai dengan menimbang agregat yang akan diuji, kami memakai 500 gram agregat halus dan 3400 gram agregat kasar. Agregat-agregat tersebut kemudian dimasukkan kedalam set saringan dan digoyang-goyangkan secara manual. Setelah selesai, setiap ukuran saringan ditimbang dan diperoleh hasil seperti berikut :
A. ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS
Alat dan Bahan
Alat
· Timbangan dan neraca ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
· Seperangkat saringan dengan ukuran:
Tabel Spesifikasi Saringan Agregat Halus
Nomor Saringan
|
Ukuran Lubang
|
Keterangan
| |
Mm
|
Inci
| ||
-
|
9,5
|
3/8
|
Perangkat saringan untuk agregat halus
Berat minimum contoh:
500 gr
|
No. 4
|
4,75
|
-
| |
No. 6
|
2,36
|
-
| |
No. 16
|
1,18
|
-
| |
No. 30
|
0,60
|
-
| |
No. 50
|
0,003
|
-
| |
No. 100
|
0,150
|
-
| |
No. 200
|
0,075
|
-
|
· Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)’C
· Alat pemisah contoh (sample spliter)
· Mesin penggetar saringan
· Talam-talam
· Kuas, sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya
Bahan
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara penempatan. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan pada tabel perangkat saringan.
Prosedur Percobaan
1. Contoh agregat kasar dituangkan ke dalam susunan saringan (susunan saringan dimulai dari yang diameter paling besar ke diameter paling kecil.
2. Susunan saringan paling atas ditutup, kemudian diguncangkan sehingga yang tersisa di dasar adalah agregat dengan ukuran yang sesuai.
Analisis dan Hasil
Berat awal = 500 gram
Agregat
Halus
Ukuran
Saringan
(mm)
|
beban
tertahan
(gram)
|
Presentase
Tertahan
|
Presentase Tertahan Kumulatif
|
Persentase Lolos Kumulatif
|
SPEC ASTM C33-90
|
9,50
|
0
|
0
|
0
|
100
|
100
|
4,75
|
0
|
0
|
0
|
100
|
95-100
|
2,36
|
66
|
13.28
|
13.28
|
86.72
|
80-100
|
1,18
|
97
|
19.51
|
32.79
|
67.21
|
50-85
|
0,60
|
99
|
19.92
|
52.71
|
47.29
|
25-60
|
0,30
|
79
|
15.9
|
68.61
|
31.39
|
10-30
|
0,15
|
96
|
19.31
|
87.92
|
12.08
|
2-10
|
0,075
|
43
|
8.66
|
96.58
|
3.42
|
|
PAN
|
17
|
3.42
|
100
|
0
|
|
TOTAL
|
497
|
100
|
451.89
|
448.11
|
|
Modulus
Kehalusan = 4,48
|
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh data seperti pada tabel diatas, dengan modulus kehalusan sebesar 4,48. Analisis saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah agregat halus yang diuji layak atau tidak untuk digunakan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada percobaan ini agregat halus memiliki tipe gradasi menerus, karena semua ukuran saringan memiliki berat agregat halus (ada berat tertahannya) sehingga secara keseluruhan agegat halus layak untuk digunakan.
jumlah total hasil semua saringan sedikit berbeda dengan berat awal yang disaring. ada beberapa kemungkinan yang menyebabkannya, antara lain pasir-pasir tersebut terbang, tertinggal dalam saringan atau jatuh saat digoyang-goyangkan. Untuk mendapatkan kondisi ideal, yang harus dilakukan adalah pada pengguncangan atau penyaringan, yaitu kegiatan penyaringan harus dilakukan dengan merata dan dengan tepat
B. ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR
Alat dan Bahan
Alat
Perangkat saringan untuk agregat kasar
Bahan
Agregat kasar(batu) sebanyak 3400 gram untuk percobaan kali ini.
Prosedur Percobaan
1. Contoh agregat kasar dituangkan ke dalam susunan saringan (susunan saringan dimulai dari yang diameter paling besar ke diameter paling kecil.
2. Susunan saringan paling atas ditutup, kemudian diguncangkan sehingga yang tersisa di dasar adalah agregat dengan ukuran yang sesuai.
Ukuran saringan
(mm)
|
Berat tertahan (gram)
|
Persentase tertahan
|
Persentase tertahan kumulatif
|
Persentase lolos kumulatif
|
SPEC ASTM C33-90
|
25
|
0
|
0
|
0
|
100
|
100
|
19
|
515
|
20.63
|
20.63
|
79.37
|
90-100
|
9.5
|
1725
|
69.11
|
89.74
|
10.26
|
20-55
|
4.75
|
250
|
10.02
|
99.76
|
0.24
|
0-10
|
2.38
|
6
|
0.24
|
100
|
0
|
0-5
|
Modulus kehalusan =
18.9
|
berdasarkan hasil percobaan, diperoleh data seperti pada tabel diatas, dengan modulus kehalusan sebesar 18.9. Analisis saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan aoakah agregat halus yang diuji layak untuk tidak didunakan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa percibaan ini agregat halus memiliki tipe gradasi menerus, karena semua ukuran saringan memiliki berat agregat halus (ada berat tertahannya) sehingga secara keseluruhan agregat halus layak untuk digunakan.
PRAKTIKUM 4 BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT
Tujuan :
menentukan spesific gravity (berat jenis) dan penyerapan agregat halus dan agregat kasar juga menentukan Bulk Spesific Gravity SSD atau Apparent Spesific Gravity
AGREGAT HALUS
Alat dan bahan
Alat
- timbangan dengan ketelitian 0.1% dan berat contoh
- Piknometer dengan kapasitas 500 gram (500 ml)
- Cetakan kerucut pasir
- Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
Bahan
Benda uji berupa agregat halus (pasir) dalam kondisi SSD yang sudah disiapkan sebelumnya.
Prosedur Percobaan
1. agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikator contoh tercurah dengan baik
1. agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikator contoh tercurah dengan baik
2. Sebagian dari contoh dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold).
Benda uji lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan jumlah tumbukan sebanyak 25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi. Kondisi SSD diperoleh ketika butir-butir pasir longsor/runtuh ketika cetakan tersebut diangkat.
Benda uji lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan jumlah tumbukan sebanyak 25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi. Kondisi SSD diperoleh ketika butir-butir pasir longsor/runtuh ketika cetakan tersebut diangkat.
3. Contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyang- goyangkan piknometer. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
4. pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu (213+-13)*F. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam
5. timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur (73,4+-3)*F dengan ketelitian 0,1 gram
4. pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu (213+-13)*F. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam
5. timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur (73,4+-3)*F dengan ketelitian 0,1 gram
Perhitungan
Apparent Specific-Gravity = E / (E + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi Kering = E / (B + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi SSD = B / (B + D - C)
Persentase Absorpsi = ( B – E ) / E x 100%
Keterangan:
A = Berat piknometer
B = Berat contoh kondisi SSD
C = Berat piknometer + contoh + air
D = Berat piknometer + air
E = Berat contoh kering
Benis Agregat Halus
Data
|
A
|
B
|
Rata-Rata
|
|
A
|
berat piknometer
|
170 gr
|
170 gr
| |
B.
|
berat contoh kondisi ssd
| 500 gr |
500 gr
| |
C.
|
berat piknometer + air + contoh
|
967 gr
|
965 gr
| |
D.
|
berat piknometer + air
|
670 gr
|
668 gr
| |
E.
|
berat contoh kering
|
419 gr
|
497 gr
| |
apparent spesific gravity = E/(E+D-C) |
3.43
|
2.485
|
2.9757
| |
bulk spesific gravity kondisi kering = E/(B+D-C) |
2.06
|
2.448
|
2.254
| |
bulk spesific gravity kondisi SSD = B/(B+D-C)
|
2.463
|
2.463
|
2.463
| |
presentase abpsorpsi = (B-E)/E x 100%
|
19.33%
|
0.6%
|
9.965%
|
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil seperti data paa tabel diatas dengan nilai apparent specific gravity, bulk specific gravity kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan presentase absorpsi air agregat hasul rata-rata secara berturut ialah 2.9757 - 2.254 - 2.463 - 9.965%. Data-data tersebut akan digunakan untuk menghitung koreksi berat agregat halus dan air pada pembuatan mix design.
AGREGAT KASAR
Alat dan Bahan
Alat
- Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dan kapasitas minimum 5 Kg
- Keranjang besi dengan diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5”)
- Alat penggantung keranjang
- Oven
- Handuk atau kain pel
Bahan
Agregat kasar (batu) dalam keadaan SSD yang sebelumnya sudah disiapkan. Keadaan SSD adalah saat permukaan batu kering tetapi dalamnya masih basah. Hal ini dapat terjadi dengan cara batu yang sudah direndam sebelumnya dilap/dikeringkan permukaannya hingga tidak mengkilat lagi.
Prosedur Percobaan
1. Benda uji direndam selama 24 jam
2. Benda uji digulung dengan handuk, sehingga air permukaan habis, tetapi harus masih tampak lembab (kondisi SSD) , kemudian timbang benda uji.
3. Benda uji dimasukkan kedalam keranjang dan rendam kembali kedalam air. Temperatur air (73,4+-3) 0F dan kemudian timbang kembali. Sebelum menimbang, conatainer diisi dengan benda uji, lalu digoyang – goyangkan didalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap.
4. Keringkan benda uji pada temperatur (212 +- 130) 0F, kemudian didinginkan dan ditimbang
Perhitungan
Apparent Specific grafity
Bulk Specific grafity kondisi kering
Bulk Specific grafity kondisi SSD
Persentase absorbsi
Keterangan:
A = berat (gram) contoh SSD
B = berat (gram) contoh dalam air
Berat Jenis Agregat Kasar
Data
|
A
|
B
|
Rata-rata
|
|
A
|
berat contoh ssd
|
2500 gr
|
3100 gr
|
|
B
|
berat contoh dalam air
|
1514.5 gr
|
1872.5 gr
|
|
C
|
berat contoh kering udara
|
2421 gr
|
2952 gr
|
|
apparent spesific gravity = C/(C - B)
|
2.67
|
2.73
|
2.7
|
|
bulk spesific gravity kondisi
kering = C/(A-B)
|
2.466
|
2.4
|
2.428
|
|
bulk spesific gravity kondisi SSD = A/(A-B)
|
2.537
|
2.53
|
2.534
|
|
presentase abpsorpsi = (A-C)/C x 100%
|
3.26%
|
5.01%
|
4.135%
|
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil seperti data paa tabel diatas dengan nilai apparent specific gravity, bulk specific gravity kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan presentase absorpsi air agregat kasar rata-rata secara berturut ialah 2.759 - 2.403 - 2.532 - 5.361%.
Data-data tersebut akan digunakan untuk menghitung koreksi berat agregat halus dan air pada mix design.
PRAKTIKUM 6 PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT
Tujuan : menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan. Yang dimaksud dengan kadar air agreat adalah perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen dan berfungsi sebagai koreksi terhadap pemakaian air untuk campuran beton yang disesuakan dengan kondisi agregat di lapangan.
Alat dan Bahan
Alat
- timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh
- oven dengan suhu max (110+-5)*C
- talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tmp pengeringan benda uji
Bahan
agregat halus dan agregat kasar dengan jumlah secukupnya (namun pastikan sudah ditimbang). berat minimum contoh aregat dengan diameter maksimum 5 mm adalah 0.5 kg
Prosedur Percobaan
- talam ditimbang dan dicatat beratnya (W1)
- benda uji dimasukkan ke dalam talam, kemudian berat talam ditambah benda uji ditimbag. berat dicatat sebagai W2
- berat benda uji dihitung dengan persamaan W3 = W2 - W1
- contoh benda uji dikeringkan bersama talam dalam oven pada suhu (110+- 5)*C hingga beratnya tetap
- setelah kering contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji bserta talam (W4)
- berat benda uji kering dihitung dengan persamaan W5 = W4 - W1
kadar air agregat diui dengan mmbandingkan agregat pada kondisi kering terhadap berat semula yang diyantakan dalam persen
kadar
air agregat halus
Data
|
A
|
B
|
|
A
|
Berat
wadah
|
146
gr
|
160 gr
|
B
|
Berat
wadah + Benda Uji
|
2146
gr
|
2160
gr
|
C
|
Berat
benda uji (B-A)
|
2000
gr
|
2000
gr
|
D
|
Berat
benda uji (kering)
|
1928
gr
|
1880
gr
|
E
|
Kadar
air = C-D/D*100%
|
3.73
%
|
6.38
%
|
rata-rata
kadar air = 5.055%
Kadar
air agregat kasar
Data
|
A
|
B
|
|
A
|
Berat
wadah
|
146
gr
|
160
gr
|
B
|
Berat
wadah + Benda Uji
|
2146
gr
|
2160
gr
|
C
|
Berat
benda uji (B-A)
|
2000
gr
|
2000
gr
|
D
|
Berat
benda uji (kering)
|
1912
gr
|
1890
gr
|
E
|
Kadar
air = C-D/D*100%
|
4.603
%
|
5.820
%
|
rata-rata
kadar air = 5.211%
PRAKTIKUM 5 PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR DALAM AGREGAT HALUS
Tujuan : Menentukan besarnya (presentase) kadar lumpur alam agregat halus. Ketentuan kadar lumpur dalam agregat halus harus <5%.
Alat dan Bahan
Alat
- Gelas ukur
- Alat pengaduk
Bahan
- Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa.
- Air
Prosedur Pemeriksaan
1. Contoh benda uji dimasukkan kedalam gelas ukur
2. Tambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur.
3. Gelas ukur dikocok untuk mencuci agregat halus dari lumpur
4. Simpan gelas pada tempat yang datar dan dibiarkan lumpur mengendap setelah 24 jam
5. Ukur tinggi lumpur (V2) dan tinggi pasir (V1)
Cara mengujinya adalah dengan mencampur air dan pasi(agregat halus) kedalam gelas ukur, kocok hingga merata dan tunggu 24 jam hingga lumpur mengendap. Setelah itu ukur tinggi pasir dan tinggi air.
Perhitungan
Tinggi total : 156 mm
Tinggi lumpur(V2) : 16 mm
Tingg pasir (V1) : 140 mm
Kadar Lumpur : (V2/V1+V2) *100% = (16/156)*100%= 10.256%
Tingg pasir (V1) : 140 mm
Kadar Lumpur : (V2/V1+V2) *100% = (16/156)*100%= 10.256%
Analisis dan Hasil
PRAKTIKUM 4 PEMERIKSAAN KADAR ORGANIK DALAM AGREGAT HALUS
Tujuan : Mengetahui kadar organik yang terkandung dalam agregat halus. Kandungan bahan organik yang melebihi batas yang diizinkan (<= no 3 dalam standar percobaan warna Abrams-Harder) akan mempengaruhi mutu beton yang direncanakan.
Alat dan Bahan
Alat
- Botol gelas tidak berwarna dengan volume sekitar 350 mL yang mempunyai tutup Dari karet gabus atau lainnya yang tidak larut dalam NaOH
- Standard warna (Organik plate)
Bahan
- Contoh pasir kurang lebih 1/3 botol gelas
- Larutan NaOH 3% = 3 gram
- Air
Prosedur Percobaan
1. 115 mL pasir dimasukkan ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol)
2. Larutan NaOH 3% ditambahkan. Setelah dikocok, isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol
3. Botol tersebut ditutup dan dikocok hingga lumpur yang menempel pada agregat Nampak terpisah dan dibiarkan selama 24 jam agar lumpu tersebut mengendap
4. Setelah 24 jam, warna cairan yang terlihat dibandingkan dengan standar warna no.3 pada organic plate (apakah lebih tua atau lebih muda)
5. Kadar organik agregat halus diuji dengan mencampur 3 gr NaOH dengan air sampai NaOH benar-benar larut kemudian dimasukkan kedalam botol gelas bersama agregat halus. Tunggu sekitar 24 jam hingga sampai mengendap dan lakukan perbandingan uji warna.
Analisis dan Hasil
Berdasarkan hasil dari percobaan. Warna cairan dari hasil percobaan saat dibandingkan dengan standar warna organic plate menunjukkan persamaan warna dengan No.1, hal ini menunjukkan bahwa kadar organik dari agregat halus yang kami uji sudah baik untuk mix desain beton karena sesuai dengan syarat dimana kadar organik harus <No.3 . Apabila warna cairan lebih tua(>No.3 organic plate maka semen akan sulit tercampur.
PRAKTIKUM 2 PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT
Tujuan : Menghitung berat volume agregat halus, kasar, atau campuran.
Alat dan Bahan
Alat
- Talam kapasitas yang cukup besar untuk mengeringkan agregat
- Tongkat baja pemadat (d=5mm, t= 60cm)
- Mistar perata
- Sekop
- Wadah baja berbentuk silinder yang cukup besar dengan spesifikasi yang digunakan kali ini ialah Volume= 2,781 L dan Berat= 2,676 kg
Bahan
Agregat halus dan agregat kasar secukupnya ( min lebih banyak dari berat wadah yang digunakan.
Prosedur Pemeriksaan
Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai dengan tabel 3.1. Keringkan dengan oven pada suhu (110 ± 5)oC sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
a) Berat Isi Lepas (Gembur)
- Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
- Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.
- Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
- Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).
- Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1).
b) Berat isi agregat dengan cara penusukan (padat)
- Timbang dan catat berat wadah (W1).
- Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata.
- Ratakan permukaan dengan menggunakan mistar perata.
- Timbang dan catatlah berat benda wadah beserta benda uji (W2).
- Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 - W1).
Analisis dan Hasil
Berat volume agregat halus (padat)
No
|
Data
|
A
|
B
|
A.
|
Volume wadah
|
2.781 L
|
2.781 L
|
B.
|
Berat wadah
|
2.676 kg
|
2.676 kg
|
C.
|
Berat wadah + benda uji
|
6.66 kg
|
6.760 kg
|
D.
|
Berat benda uji (C-B)
|
3.984 kg
|
4.084 kg
|
E.
|
Berat volume D/A
|
1.433 kg/L
|
1.469 kg/L
|
Berat volume rata-rata kondisi
padat : 1.451 kg/L
Berat volume agregat halus (gembur)
No
|
Data
|
A
|
B
|
A.
|
Volume wadah
|
2.781 L
|
2.781 L
|
B.
|
Berat wadah
|
2.676 kg
|
2.676 kg
|
C.
|
Berat wadah + benda uji
|
6.18 kg
|
6.16 kg
|
D.
|
Berat benda uji (C-B)
|
3.504 kg
|
3.434 kg
|
E.
|
Berat volume D/A
|
1.26 kg/L
|
1.253 kg/L
|
Berat volume rata-rata kondisi
gembur : 1.2565 kg/L
Berat volume agregat kasar (padat)
No
|
Data
|
A
|
B
|
A.
|
Volume wadah
|
2.781 L
|
2.781 L
|
B.
|
Berat wadah
|
2.676 kg
|
2.676 kg
|
C.
|
7.66 kg
|
7.52 kg
|
|
D.
|
Berat benda uji (C-B)
|
4.984 kg
|
4.844 kg
|
E.
|
Berat volume D/A
|
1.792 kg/L
|
1.742 kg/L
|
Berat volume rata-rata kondisi padat:
1.767 kg/L
Berat volume agregat kasar (gembur)
No
|
Data
|
A
|
B
|
A.
|
Volume wadah
|
2.781 L
|
2.781 L
|
B.
|
Berat wadah
|
2.676 kg
|
|
C.
|
Berat wadah + benda uji
|
7.08 kg
|
|
D.
|
Berat benda uji (C-B)
|
4.524 kg
|
4.404 kg
|
E.
|
Berat volume D/A
|
1.627 kg/L
|
1.584 kg/L
|
Berat volume rata-rata kondisi
gembur : 1.606 kg/L
Pada praktikum ini kami melakukan pengujian berat volume menggunakan pasir dan batu yang sebelumnya memang sudah dikeringkan, sehingga kami langsung melakukan pengujian tanpa mengoven terlebih dahulu.Pengujian dilakukan 2 tahap baik untuk agregat halus maupun kasar, yaitu:
a) Gembur = Agregat dimasukan kedalam wadah baja dan ditimbang
b) Padat = Agregat di tusuk sebanyak 25 tusukan setiap pengisian 1/3 wadah hingga penuh.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diperoleh data seperti pada tabel diatas. Dari hasilnya diperoleh bahwa berat volume dalam keadaan padat memiliki berat volume yang lebih besar dibandingkan dengan berat volume keadaan gembur.
Foto Kelompok 1